Latar Belakang
Tasawuf sebagai salah satu ilmu esoterik islam
memang selalu menarik untuk diperbincangkan. Terlebih pada saat ini dimana
masyarakat seakan mengalami banyak masalah sehingga tasawuf dianggaap sebagai
satu obat manjur untuk mengobati kehampaan tersebut.
Terlepas dari banyaknya pro dan kontra seputar asal
mula munculnya tasawuf harus kita akui bahwa nilai-nilai tasawuf memang sudah
ada sejak zaman Rasulullah SAW. Setidaknya tasawuf pada saat itu terlihat dari
tingkah laku nabi yang pada akhirnya kita namakan dengan nilai-nilai sufi. Hal
tersebut sangatlah wajar karena misi terpenting nabi adalah untuk memperbaiki
dan sekaligus meyempurnakan akhlak masyarakat arab dulu.
Diantara salah satu tokoh tasawuf islam yang sangat
terkenal adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Thusi atau yang
kita kenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali. Beliau telah berhasil menggagas
kaedah-kaedah tasawuf yang terkumpul dalam karya yang terkenal Ihya’ U’lum
al-Din (The Revival of Religion Sciences). Karya
al-Ghazali ini dianggap sebagai jembatan yang mendamaikan syari’at dengan
tasawuf yang sempat mengalami clash pada zaman itu.
Pengertian Akhlak Tasawuf
Akhlak:
Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan kemukakan beberapa pendapat para ahli diantaranya:
Perkataan akhlak dari bahasa arab, jamak dari khuluk, secara lugowi diartikan tingkah laku untuk kepribadian. Akhlak diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Untuk mendapatkan definisi yang jelas di bawah ini penulis akan kemukakan beberapa pendapat para ahli diantaranya:
1. Imam Al-Ghazali menyebut akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa . Daripada jiwa itu ,timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran.
2. Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinasikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan . Maksudnya, sesuatu yang mencirikan akhlak itu ialah kehendak yang dibiasakan. Ertinya, kehendak itu apabila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Ahmad Amin menjelaskan arti kehendak itu ialah ketentuan daripada beberapa keinginan manusia. Manakala kebiasaan pula ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukanya. Daripada kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan ke arah menimbulkan apa yang disebut sebagai akhlak.
3. Ibnu Maskawayh mengatakan akhlak ialah suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong (diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa didahului oleh daya pemikiran kerana sudah menjadi kebiasaan.
Ciri
Perbuatan Akhlak:
1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas.
Tasawuf:
- Secara bahasa tasawuf
berarti:
a. saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)
b. sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana.
- Menurut Istilah:
a. Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt.
b. Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.
Menurut
para ahli, tasawuf diartikan sebagai berikut :
1. Zakaria Al-Anshori : Tasawuf ialah suatu ilmu yang menjelaskan hal ihwal Pembersihjiwa dan penyantun akhlak baik lahir atau batin, guna menjauhi bidah dan tidak meringankan ibadah.
3. Abul Qasim al-Qashairi (W. 456H/1072M) : Tashawwuf adalah menerapkan ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi secara tepat berusaha menekan hawa nafsu, menjauhi bidah dan tidak meringankan ibadah.
4. Bisyr bin Haris al-Hafi (W. 227H/841M) : Seorang sufi ialah yang telah bersih hatinya, semata-mata untuk Allah SWT.
5. ABU Husain An-Nuri (W. 295H/908M) : Kaum sufi itu ialah kaum yang hatinya suci dari kotoran basariyah (hawa nafsu kemanusiaan) dan kesalahan pribadi. Ia harus mampu membebaskkan diri dari syahwat sehingga ia berada pada shaf pertama dan mencapai derajat yang mulia dalam kebenaran.
6. Harun Nasution dalam bukunya falsafat dan Mistisme dalam islam menjelaskan bahwa, tasawuf itu merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan, tashawwuf atau sufisme mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang islam bisa sedekat mungkin dengan tuhan.
Hubungan Akhlak dengan Tasawuf:
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur
hubungan horizontal antara sesame manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan
komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan
tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak.
Pembagian Akhlaq Tasawuf
Pada dasarnya pembagian akhlaq dibagi menjadi dua yakni aklaq mahmudah dan
akhlaq sayyi’ah
1)Akhlak
Hasanah / jamilah / mahmudah /karimah.
Yaitu
akhlak yang terpuji, seperti pemaaf, penyantun, dermawan, sabar, rohmah (kasih
sayang), lemah lembut dan lainnya.
2)
Akhlak Sayyi'ah / qobihah / madzmumah.
Yaitu
akhlak yang tercela, yang merupakan lawan dari akhlak yang terpuji seperti:
pendendam, kikir, berkeluh kesah, keras hati, pemarah dan lainnya.
Pembagian
Aklaq tasawuf yang dimaksudkan dalam silabus mungkin beragam ragamnya model
tasawuf menurut tokoh-tokohnya
Pembagian tasawuf, tokoh-tokoh dan
pemikirannya: Tasawuf akhlaqi: 1. Hasan
Al Basri; 2. Al Muhasibi. 3. Al
Qusyairi. 4. Al Ghozali. Tasawuf
irfani: Robi’ah Al A’dawiyah. Dzunnun
Al Misri. Junaid Al Baghdadi. Abu Yazid Al Busthomi. Tasawuf Falsafi: Ibnu
‘Arobi Al Jilli. Ibnu Sab’in. al-Hallaj;
Suhrowardi Al Maqtul
Sejarah
perkembangan ilmu tasawuf
Sebenarnya kehidupan sufi sudah terdapat pada diri Nabi Muhammad saw. Dimana dalam kehidupan beliau sehari-hari terkesan amat sederhana dan menderita, disamping menghabiskan waktunya untukk beribadah dan selalu mendekatkan diri kepada Allah swt. Bahkan seperti diketahui, bahwa sebelum beliau diangkat sebagai Rasul Allah, beliau seringkali melakukan kegiatan shufi dengan melakukan uzlah di Gua Hira selama berbulan-bulan lamanya sampai beliau menerima wahyu pertama saat diangkat sebagai Rasul Allah.
Setelah Beliau resmi diangkat sebagai Nabi utusan Allah, keadaan dan cara hidup beliau masih ditandai oleh jiwa dan suasana kerakyatan, meskipun beliau berada dalam lingkaran keadaan hidup yang serba dapat terpenuhi semua keinginan lantaran kekuasaannya sebagai Nabi yang menjadi kekasih Tuhan-Nya. Pada waktu malam sedikit sekali tidur, waktunya dihabiskan untuk bertawajjuh kepada Allah dengan memperbanyak dzikir kepada-Nya. Tempat tidur beliau terdiri dari balai kayu biasa dengan alas tikar dari daun kurma, tidak pernah memakai pakaian yang terdiri dari wool, meskipun mampu membelinya. Pendek kata beliau lebih cinta hidup dalam suasana sederhana (meskipun pangkatnya Nabi) Daripada hidup bermewah-mewah.
Akan tetapi banyak para ahli sejarah memulai Sejarah tasawuf dengan Imam Jafar Al Shadiq ibn Muhamad Bagir ibn Ali Zainal Abidin ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib. Imam Jafar juga dianggap sebagai guru dari keempat imam Ahlulsunah yaitu Imam Abu Hanifah, Maliki, Syafii dan Ibn Hanbal.
Ucapan ucapan Imam Jafar banyak disebutkan oleh para sufi seperti Fudhail ibn Iyadh Dzun Nun Al Mishri, Jabir ibn Hayyan dan Al Hallaj. Diantara imam mazhab di kalangan Ahlulsunah, Imam Maliki yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Imam Jafar.
Kaitan Imam Jafar dengan tasawuf, terlihat dari silsilah tarekat, seperti Naqsyabandiyah yang berujung pada Sayyidina Abubakar Al Shidiq ataupun yang berujung pada Imam Ali selalu melewati Imam Jafar
Kakek buyut Imam Jafar, dikenal mempunyai sifat dan sikap sebagai sufi. Bahkan (meski sulit untuk dibenarkan) beberapa ahli menyebutkan Hasan Al Bashri, sufi-zahid pertama sebagai murid Imam Ali. Sedangkan Ali Zainal Abidin (Ayah Imam Jafar) dikenal dengan ungkapan-ungkapan cintanya kepada Allah yang tercermin pada doanya yang berjudul Al Shahifah Al Sajadiyyah. Tasawuf lahir dan berkembang sebagai suatu disiplin ilmu sejak abad k-2 H, lewat pribadi Hasan Al Bashri, Sufyan Al Tsauri, Al Harits ibn Asad Al Muhasibi, Ba Yazid Al Busthami. Tasawuf tidak pernah bebas dari kritikan dari para ulama (ahli fiqh, hadis dll).
Praktik praktik tasawuf dimulai dari pusat kelahiran dan penyiaran agama Islam yaitu Makkah dan Madinah, jika kita lihat dari domisili tokoh-tokoh perintis yang disebutkan di atas.
Aklaq
tasawuf dalam islam
Tasawuf memang lahir dari ajaran
Islam, karena rujukan utama mereka adalah al-Quran, al-Hadits, serta
riwayat-riwayat dari ajaran para pendahulu Islam.
Sebut saja dalam istilah tasawuf
terdapat sebuah istilah “sanad” atau “silsilah”, dalam hal ini khusunya para
sufi yang mengaplikasikan penyucian jiwa melalui “thoriqoh” mempunyai garis
turun temurun yang berasal dari Rasulullah SAW, kemudian kepada Sayyidina Ali
bin abi Thalib KW, Sayyidina Hasan, Sayyidina al-Husain, sayyidina Ali zainal
abidin, Sayyidina Muhammad al-Baqir, Sayyidina Ja’far shadiq, dan turun menurun
melalui keturunan, murid-murid mereka serta para Sahabat Rasulullah SAW yang
terpilih.
Dalam ordo sufi atau Thoriqoh
sanad ini dikenal sebagai “silsilah dzahabiyyah” / silsilah ke-emas-an, yang
berarti satu sama lain saling berkaitan, bersambung dan berhubungan secara
metafisik/spiritual. Kita sering mendengar dan bahkan mengenal thoriqoh
qaadiriyyah, Alawiyyah, syadziliyyah, naqsyabandiyyah, syattariyyah dsb, semua
kelompok tersebut sama-sama bertumpu pada ajaran spiritual dan akhlak
Rasulullah SAW.
Sebagai penutup, istilah tasawuf
dalam Islam bukan hal yang asing seperti dikatakan para orientalis bahwa
tasawuf bukan berasal dari ajaran Islam. Justru sebaliknya Tasawuf berasal dari
Ajaran Islam sejak diajarkan kepada para Keluarga, Murid dan Sahabat Rasulullah
SAW yang terdahulu.
Sesuai dengan firman Alloh dalam
surat al ahzab ayat 21
Yang artinya: sungguh telah ada pada
diri Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang
mengharap rahmat Alloh dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat
Alloh
Dalil dalam hadist:
Innama bu’istu liutammima makaarimal
akhlaq “sesungguhnya aku (Rosululloh) diutus untuk menyempurnakan akhlaq
Sumber
Ajaran Tasawuf
• Al-Qur’an
mengajarkan manusia untuk: mencintai Tuhan (QS. Al-Maidah: 54), bertaubah dan
mensucikan diri (QS> At-Tahrim: 8), manusia selalu dalam pandangan Allah
dimana saja (QS. Al-Baqarah: 110), Tuhan memberi cahaya kepada HambaNya (QS.
An-Nur: 35), sabar dalam bertaqarrub kepada Allah (QS. Ali Imran: 3)
• Hadis
Nabi seperti tentang rahasia penciptaan alam adalah agar manusia mengenal
penciptanya.
• Praktek
para sahabat seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar Ibn Khattab, Usman Ibn Affan,
Ali Ibn Abi Talib, Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.
0 Response to ""Akhlak & Tasawuf""
Post a Comment