Manusia dapat dihancurkan
Manusia dapat dimatikan
akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan
selama manusia itu setia pada hatinya
atau ber-SH pada dirinya sendiri
Falsafah Persaudaraan Setia Hati Terate itu ternyata sampai sekarang tetap
bergaung dan berhasil melambungkan PSHT sebagai sebuah organisasi yang
berpangkal pada “persaudaraan” yang kekal dan abadi.
Adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, lelaki kelahiran Madiun pada tahun 1890.
Karena ketekunannya mengabdi pada gurunya, yakni Ki Ngabehi Soerodiwiryo,
terakhir ia pun mendapatkan kasih berlebih dan berhasil menguasai hampir
seluruh ilmu sang guru hingga ia berhak menyandang predikat pendekar tingkat
III dalam tataran ilmu Setia Hati (SH). Itu terjadi di desa Winongo saat bangsa
Belanda mencengkeramkan kuku jajahannya di Indonesia.
Sebagai seorang pendekar, Ki Hadjar Hardjo Oetomo pun berkeinginan luhur
untuk mendarmakan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Untuk kebaikan
sesama. Untuk keselamatan sesama. Untuk keselamatan dunia. Tapi jalan yang dirintis
ternyata tidak semulus harapannya. Jalan itu berkelok penuh dengan aral
rintangan. Terlebih saat itu jaman penjajahan. Ya, sampai Ki Hadjar sendiri
terpaksa harus magang menjadi guru pada sekolah dasar di benteng Madiun, sesuai
beliau menamatkan bangku sekolahnya. Tidak betah menjadi guru, Ki Hadjar
beralih profesi sebagai Leerling Reambate di SS (PJKA/Kereta Api Indonesia saat
ini – red) Bondowoso, Panarukan, dan Tapen.
Memasuki tahun 1906 terdorong oleh semangat pemberontakannya terhadap Negara
Belanda – karena atasan beliau saat itu banyak yang asli Belanda -, Ki Hadjar
keluar lagi dan melamar jadi mantri di pasar Spoor Madiun. Empat bulan
berikutnya ia ditempatkan di Mlilir dan berhasil diangkat menjadi Ajund
Opsioner pasar Mlilir, Dolopo, Uteran dan Pagotan.
Tapi lagi-lagi Ki Hadjar didera oleh semangat berontakannya. Menginjak tahun
1916 ia beralih profesi lagi dan bekerja di Pabrik gula Rejo Agung Madiun.
Disinipun Ki Hadjar hanya betah untuk sementara waktu. Tahun 1917 ia keluar
lagi dan bekerja di rumah gadai, hingga beliau bertemu dengan seorang tetua
dari Tuban yang kemudian memberi pekerjaan kepadanya di stasion Madiun sebagai
pekerja harian.
Dalam catatan acak yang berhasil dihimpun, di tempat barunya ini Ki Hadjar
berhasil mendirikan perkumpulan “Harta Jaya” semacam perkumpulan koperasi guna
melindungi kaumnya dari tindasan lintah darat. Tidak lama kemudian ketika VSTP
(Persatuan Pegawai Kereta Api) lahir, nasib membawanya ke arah keberuntungan
dan beliau diangkat menjadi Hoof Komisaris Madiun.
Senada dengan kedudukan yang disandangnya, kehidupannya pun bertambah
membaik. Waktunya tidak sesempit seperti dulu-dulu lagi, saat beliau belum
mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dalam kesenggangan waktu yang dimiliki,
Ki Hadjar berusaha menambah ilmunya dan nyantrik pada Ki Ngabehi Soerodiwiryo.
Data yang cukup bisa dipertanggungjawabkan menyebutkan dalam tahun-tahun
inilah Setia Hati (SH) mulai disebut-sebut untuk mengganti nama dari sebuah
perkumpulan silat yang semula bernama “Djojo Gendilo Cipto Mulyo”.
Masuk Sarikat Islam.
Memasuki tahun 1922, jiwa pemberontakan Ki Hadjar membara lagi dan beliau
bergabung dengan Sarikat Islam (SI), untuk bersama-sama mengusir negara
penjajah, malah beliau sendiri sempat ditunjuk sebagai pengurus. Sedangkan di waktu
senggang, ia tetap mendarmakan ilmunya dan berhasil mendirikan perguruan silat
yang diberi nama SH Pencak Spor Club. Tepatnya di desa Pilangbangau – Kodya
Madiun Jawa Timur, kendati tidak berjalan lama karena tercium Belanda dan
dibubarkan.
Namun demikian semangat Ki Hadjar bukannya nglokro (melemah), tapi malah
semakin berkobar-kobar. Kebenciannya kepada negara penjajah kian hari kian
bertambah. Tipu muslihatpun dijalankan. Untuk mengelabuhi Belanda, SH Pencak
Sport Club yang dibubarkan Belanda, diam-diam dirintis kembali dengan siasat
menghilangkan kata “Pencak” hingga tinggal “SH Sport Club”. Rupanya nasib baik
berpihak kepada Ki Hadjar. Muslihat yang dijalankan berhasil, terbukti Belanda
membiarkan kegiatannya itu berjalan sampai beliau berhasil melahirkan murid
pertamanya yakni, Idris dari Dandang Jati Loceret Nganjuk, lalu Mujini,
Jayapana dan masih banyak lagi yang tersebar sampai Kertosono, Jombang,
Ngantang, Lamongan, Solo dan Yogyakarta.
Ditangkap Belanda.
Demikianlah, hingga bertambah hari, bulan dan tahun,
murid-murid Ki Hadjar pun kian bertambah. Kesempatan ini digunakan oleh Ki
Hadjar guna memperkokoh perlawanannya dalam menentang penjajah Belanda. Sayang,
pada tahun 1925 Belanda mencium jejaknya dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo ditangkap
lalu dimasukkan dalam penjara Madiun.
Pupuskah semangat beliau ? Ternyata tidak. Bahkan semakin menggelegak.
Dengan diam-diam beliau berusaha membujuk rekan senasib yang ditahan di penjara
untuk mengadakan pemberontakan lagi. Sayangnya sebelum berhasil, lagi-lagi
Belanda mencium gelagatnya. Untuk tindakan pengamanan, Ki Hadjar pun dipindah
ke penjara Cipinang dan seterusnya dipindah di penjara Padang Panjang Sumatera.
Ki Hadjar baru bisa menghirup udara kebebasan setelah lima tahun mendekam di
penjara dan kembali lagi ke kampung halamannya, yakni Pilangbangau, Madiun.
Selang beberapa bulan, setelah beliau menghirup udara kebebasan dan kembali
ke kampung halaman, kegiatan yang sempat macet, mulai digalakan lagi. Dengan
tertatih beliau terus memacu semangat dan mengembangkan sayapnya. Memasuki
tahun 1942 bertepatan dengan datangnya Jepang ke Indonesia SH Pemuda Sport Club
diganti nama menjadi “SH Terate”. Konon nama ini diambil setelah Ki Hadjar
mempertimbangkan inisiatif dari salah seorang muridnya Soeratno Soerengpati.
Beliau merupakan salah seorang tokoh Indonesia Muda.
Selang enam tahun kemudian yaitu tahun 1948 SH Terate mulai berkembang
merambah ke segenap penjuru. Ajaran SH Terate pun mulai dikenal oleh masyarakat
luas. Dan jaman kesengsaraanpun sudah berganti. Proklamasi kemerdekaan RI yang
dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta dalam tempo singkat telah membawa perubahan
besar dalam segala aspek kehidupan. Termasuk juga didalamnya, kebebasan untuk
bertindak dan berpendapat. Atas prakarsa Soetomo Mangku Negoro, Darsono, serta
saudara seperguruan lainnya diadakan konferensi di Pilangbangau (di rumah Alm
Ki Hadjar Hardjo Oetomo). Dari konferensi itu lahirlah ide-ide yang cukup
bagus, yakni SH Terate yang semenjak berdirinya berstatus “Perguruan Pencak
Silat” dirubah menjadi organisasi “Persaudaraan Setia Hati Terate”. Selanjutnya
Soetomo Mangkudjajo diangkat menjadi ketuanya dan Darsono menjadi wakil ketua.
Tahun 1950, karena Soetomo Mangkudjojo pindah ke Surabaya, maka ketuanya
diambil alih oleh Irsad. Pada tahun ini pula Ki Hadjar Hardjo Oetomo adalah
seorang tokoh pendiri PSHT, mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat dan
ditetapkan sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” atas jasa-jasa beliau dalam
perjuangan menentang penjajah Belanda.
Terima kasih semoga Biografi Biodata dan Profil
KI Hajar Harjo Utomo nahhh para pengikut SH seharusnya tau sejarah nya biar
ngak sesat dan silat di jadikan seperti Geng Motor yang seolah olah banyak
teman dan sudah bisa bela diri dipakai untuk Tawuran kesombongan di sana sini
untuk cari musuh dengan Perguruan silat lainya. saya yakin pasti bapak pendiri
kita Ini akan kecewa berat dengan ulah anggota SH yang tidak dipakai dengan
seestinya..?
Sejarah singkat KI Hajar Harjo Utomo
Sejarah singkat Ki Hajar Hardjo Oetomo sangat diperlukan
bagi para kadang PSHT . Bukan hanya sekedar menambah wawasan pengetahuan,
melainkan juga bahan renungan guna meyakini kebaikan dan kebenaran ajaran luhur
PSHT .
Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar
Hardjo Oetomo, salah seorang Saudara Tertua Setia Hati, dengan bantuan
teman-temannya dari Pilang Bango, Madiun dengan berani menghadang kereta api
yang lewat membawa tentara Belanda atau mengangkut perbekalan militer.
Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi berulang-ulang sampai
akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat hukuman kurungan di penjara
Cipinang dan dipindahkan ke Padang, Sumatera Barat. Setelah dibebaskan, Ki
Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club yang
kemudian mengaktifkan kembali perguruannya sampai akhirnya berkembang dengan
nama Persaudaraan Setia Hati Terate.
Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perkembangannya
dibesarkan oleh RM Imam Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang
(saudara) Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC) yang merupakan murid dari Ki
Hadjar Hardjo Oetomo.
Sebelum menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC, Ki Hadjar
Hardjo Oetomo magang sebagai guru di SD Banteng Madiun. Tidak betah menjadi
guru, bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan dan Tapen.
Tahun 1906 keluar dari PJKA dan bekerja menjadi Mantri Pasar Spoor Madiun di
Mlilir dengan jabatan terakhir sebagai Ajudan Opsioner Pasar Mlilir, Dolopo,
Uberan dan Pagotan (wilayah selatan Madiun). Pada tahun 1916 bekerja di pabrik
gula Redjo Agung Madiun. Tahun 1917 masuk menjadi saudara SH dan dikecer
langsung oleh Ki Ngabei Soerodiwirjo, pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada
tahun ini bekerja di stasiun kereta api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris.
Tahun 1922 bergabung dengan Sarekat Islam dan mendirikan Setia Hati Pencak
Sport Club di Desa Pilangbango, Madiun, yang kemudian berkembang sampai ke
daerah Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.
Tahun 1925, ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara
di Cipinang, kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat selama 15 tahun. SH
PSC dibubarkan Belanda karena terdapat nama "pencak". Setelah pulang
dari masa tahanan mengaktifkan kembali SH PSC dan untuk menyesuaikan keadaan,
kata "pencak" pada SH PSC menjadi "pemuda". Kata
"pemuda" semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak
dibubarkan. Bertahan sampai tahun 1942 bersamaan dengan datangnya Jepang ke
Indonesia.
Tahun 1942, atas usul saudara SH PSC Soeratno Soerengpati
tokoh pergerakan Indonesia Muda, nama SH Pemuda Sport Club diubah menjadi Setia
Hati Terate. Pada waktu itu SH Terate bersifat perguruan tanpa organisasi.
Tahun 1948, atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono,dan
lain-lain mengadakan konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa
Pilangbango, Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang dulunya
bersifat perguruan diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dengan
diketuai oleh Oetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya Darsono. Kemudian secara
berturut-turut:
• Tahun 1950, Ketua Pusat oleh Mohammad Irsyad.
• Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
• Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum
Pusat oleh Badini.
• Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat
oleh Tarmadji Boedi Harsono.
• Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT
dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.
Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati
"Terate" ini, sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus
mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau
dan putih kecil. Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau
calon saudara.
Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang
pelatih/warga (saudara SH) juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum
kepada para siswa.
Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang
yang dianggap sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan
pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini termasuk
saudara SH yang "terbaik dari yang terbaik" yang dipilih melalui
musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut berlangsung pada bulan
Syura. Adapun sarat yang harus disediakan dalam pengeceran antara lain: Ayam
jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya sarat-sarat yang telah
ditentukan.
Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan
gemblengan jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah,
petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru disahkan
tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat I (erste trap).
Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam tiga jenis tingkatan
saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap),
tingkat III (derde trap).
Pada Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus
pencak silat yang merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap
serta pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat diperoleh pada tingkatan twede trap
dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa aliran
pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa Barat, Betawi
(Jakarta), dan Minangkabau.
Khadang SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan
di beberapa negara seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat,
Australia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam. Secara administratif
mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun 1986. Sehingga jumlah
saudara mulai tahun 1986 - 1999 sebanyak 108.267
Sejarah Persaudaraan SETIA HATI TERATE
Untuk mengetahui apa yang mungkin terjadi nanti alangkah bijaksananya apabila
kita mau mempelajari dan mengerti apa yang sekarang sedang berrlangsung.
Sedangkan untuk mengerti apa yang sekarang sedang berlangsung, ada baiknya
apabila kita mau mempelajari kejadian – kejadian yang baru saja berlangsung,
akan tetapi juga kejadian yang sudah silam. Demikian juga bila kita ingin
menulis sejarah Persaudaraan Setia Hati Ternate yang mencakup satu masa yang
lamanya lebih dari pada setengah abad, dapatlah dipertanggung jawabkan
sepenuhnya apabila kita menengok jauh lebih ke belakang lagi dari pada masa
yang ingin kita teropong itu yaitu zaman dari “Ki Ngabehi Surodiwirjo” yang
merupakan guru dari “KI HADJAR HARDJO OETOMO” Pendiri Persaudaraan Setia Hati
Terate.
Sejarah Persaudaraan Setia Hati
Pada tahun 1903, bertempat di Kampung Tambak
Gringsing, Surabaya, Ki Ngabeni Surodiwirjo membentuk persaudaraan yang anggota
keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”, sedangkan permainan pencak
silatnya disebut “Djojo Gendilo”
Tahun 1912, Ki Ngabeni Surodiwirjo berhenti bekerja
karrena merasa kecewa disebabkan seringkali atasannya tidak menepati janji.
Selain itu suasana mulai tidak menyenangkan karena pemeintah Hindia Belanda
menaruh curiga; mengingat beliau pernah melempar seorang pelaut Belanda ke
sungai dan beliau telah membentuk perkumpulan pencak silat sebagai alat pembela
diri, ditambah pula beliau adalah seorang pemberani, Pemerintah Hindia Belanda
mulai kwatir, beliau akan mampu membentuk kekuatan bangsa Indonesia dan
menentang mereka. Setelah keluar dari pekerjaannya, beliau pergi ke Tegal.
Tahun 1914, Ki Ngabehi Surodiwirjo kembali ke Surabaya dan
bekerja di Djawatan Kereta Api Kalimas, dan tahun 1915 pindah ke bengkel Kereta
Api Madiun. Disini beliau mengaktifkan lagi Persaudaraan yang telah dibentuk di
Surabaya, yaitu “Sedulur Tunggal Ketjer”, hanya pencak silatnya sekarang
disebut “Djojo Gendilo Tjipto Muljo”. Sedangkan pada tahun 1917, nama – nama
tersebut disesuaikan denngan keadaan zaman diganti menjadi nama “Perssaudaan
Setia Hati”
Ki Hadjar Hardjo Oetomo
Salah satu murud Ki Ngabehi Surodiwirjo yang militan dan
cukup tangguh, yaitu Ki Hadjar Hardjo Oetomo mempunyai pendapat perlunya suatu
organisasi untuk mengatur dan menertibkan personil maupun materi pelajaran
Setia Hati, untuk itu beliau meohon doa restu kepada Ki Ngabehi Surodiwirjo. Ki
Ngabehi Surodiwirjo memberi doa restu atas maksud tersebut., karena menurut
pendapat beliau hal – hal seperti itu adalah tugas dan kewajiban anak muridnya,
sedangkan tugas beliau hanyalah “menurunkan ilmu SH”. Selain itu Ki Ngabehi
Surodiwirjo berpesan kepada Ki Hadjar Hardjo Oetomo agar jangan memakai nama SH
dahulu.
Setelah mendapat ijin dari Ki Ngabehi Surodiwirjo, Ki
Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 mengembangkan ilmu SH dengan nama Pencak
Silat Club (P. S. C).
Karena Ki hadjar Hardjo Oetomo adalah orang SH, dan ilmu
yang diajarkan adalah ilmu SH, maka lama – kelamaan beliau merasa kurang sreg
mengembangkan ilmu SH dengan memakai nama lain, bukan nama SH. Kembali beliau
menghadap Ki Ngabehi Surodiwirjo menyampaikan uneg – unegnya tersebut dan
sekalian mohon untuk diperkenankan memakai nama SH dalam perguruannya. Oleh Ki
Ngabehi Surodiwirjo maksud beliau direstui, dengan pesan jangan memakai nama SH
saja, agar ada bedanya. Maka Pencak Silat Club oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo
diganti dengan nama “SETIA HATI MUDA” (S. H. M).
Peranan Ki Hadjar Hardjo Oetomo Sebagai Perintis
Kemerdekaan
Ki Hadjar Hardjo Oetomo mengembangkan ilmu SH di beberapa
perguruan yang ada pada waktu antara lain perguruan Taman Siswo, Perguruan
Boedi Oetomo dan lain – lain. Dalam mengajarkan ilmu SH beliau diantaranya
adalah menamakan suatu sikap hidup, ialah “kita tidak mau menindas orang lain
dan tidak mau ditindas oleh orang lain”. Walaupun pada waktu itu setiap
mengadakan latihan tidak bisa berjalan lancar, karena apabila ada patroli Belanda
lewat mereka segera bersembunyi; tetapi dengan dasar sikap hidup tersebut murid
– murid beliau akhirnya menjadi pendekar – pendekar bangsa yang gagah berani
dan menentang penjajah kolonialisme Belanda. Dibandingkan keadaan latihan masa
lalu yang berbeda dengan keadaan latihan saat ini, seharusnya murid – murid SH
lebih baik mutu dan segalanya dari pada murid – murid SH yang lalu. Melihat
sepak terjang murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang dipandang cukup
membahayakan, maka Belanda segera menangkap Ki Hadjar Hardjo Oetomo bersama
beberapa orang muridnya, dan selanjutnya dibuang ke Digul. Pembuangan Ki Hadjar
Hadjo Oetomo ke Digul berlangsung sampai dua kali, karena tidak jera – jeranya
beliau mengobarkan semangat perlawanan menentang penjajah.
Selain membuang Ki Hadjar hardjo Oetomo ke Digul,
Pemerintah Hindia Belanda yang terkenal dengan caranya yang licik telah
berusaha memolitisir SH Muda dengan menjuluki SHM bukan SH Muda, melainkan SH
Merah; Merah disini maksudnya adalah Komunis. Dengan demikian pemerintah
Belanda berusaha menyudutkan SH dengan harapan SH ditakuti dan dibenci oleh
masyarakat dan bangsa Indonesia. Menanggapi sikap penjajah Belanda yang
memolitisir nama SH Muda dengan nama SH Merah, maka Ki Hadjar Hardjo Oetomo
segera merubah nama SH Muda menjadi “Persaudaan Setia Hati Terate” hingga
sampai sekarang ini.
Melihat jasa – jasa Ki Hadjar Hardjo Oetomo tersebut, maka
pemerintah Indonesia mengakui beliau sebagai “Pahlawan Perintis Kemerdekaan” ,
dan memberikan uang pensiun setiap bulan sebesar Rp. 50.000,00 yang diterimakan
kepada isteri beliau semasa masih hidup.
Setelah meninggal dunia, beliau dimakamkan di makam
“Pilangbango”, yang terlatak di sebelah Timur Kotamadya Madiun, dari Terminal
Madiun menuju ke arah Timur. Beliau mempunyai 2 (dua) orang putra, yaitu
seorang putri yang diperisteri oleh bapak Gunawan, dan Seorang putra yang
bernama bapak “Harsono” sekarang berkediaman di jalan Pemuda no. 17 Surabaya.
Ibu Hardjo Oetomo meninggal pada bulan September 1986 di tempat kediamannya, di
desa Pilangbango Madiun.
Rumah beliau, oleh Bapak Harsono dihibahkan kepada
Persaudaraan Setia Hati Terate pada akhir tahun 1987 dengan harga Rp. 12,5
juta. Rencana Pengurus Pusat, bekas rumah kediaman pendiri Persaudaraan SH
Terate tersebut akan dipugar menjadi “Museum SH Terate” agar generasi penerus
bisa menyaksikan peninggalan pendahulu – pendahulu kita sejak berdiri sampai
dengan perkembangannya saat ini.
Akhir kata, sebelum menutup sejarah Pendiri Persaudaraan
Setia Hati dan Persaudaraan Setia Hati Terate sebagai rasa hormat dan rasa
kasih kita terhadap beliau berdua., marilah kita berdoa dalam bahasa kita
masing – masing.
0 Response to ""Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) & Ki Hajar Harjo Utomo""
Post a Comment